MEDIAALIF.COM, Batam – Bea Cukai Batam menjadi inisiator dalam pengembangan dan penerapan Batam Logistic Ecosystem (BLE), dan strategi demi strategi terus dilaksanakan guna suksesnya penataan logistik di Kota Batam.
Setelah mematangkan digital platform BLE, program selanjutnya adalah mengadakan kegiatan piloting bagi para penyedia platform dan perusahaan volunteer, pada Kamis, (25/2/2021).
Perusahaan yang diundang dalam kegiatan ini terdiri dari enam perusahaan, yaitu agen pengangkut, empat cargo owner, dan lima Pengusaha Pengurusan Jasa Kepabeanan (PPJK).
Tak hanya itu, Bea Cukai Batam juga menghadirkan para penyedia platform, seperti Vessel Platform, Trucking Platform, Warehouse Platform, dan Payment Platform.
Susila Brata Kakanpel Utama Bea dan Cukai Tipe B Batam, menyampaikan, bahwa kegiatan ini merupakan langkah nyata Bea Cukai Batam dalam proses penerapan BLE. Bea Cukai Batam juga berkomitmen akan selalu mengakomodir kebutuhan para pengguna jasa yang berkaitan dengan BLE.
“BLE sudah Diinisasikan oleh Bea Cukai Batam sejak Januari tahun 2020 lalu, berbagai analisa dan pendalaman telah dilakukan oleh Tim BLE yang berkoordinasi dengan Tim NLE untuk berjalannya platform BLE ini. Kami juga telah mempresentasikan BLE ke Kementerian Koordinator Maritim dan Investasi,” ungkap Susila.
Kegiatan piloting juga melibatkan Tim National Logistic Ecosystem (NLE) dari Kantor Pusat Direktorat Bea dan Cukai.
Beberapa narasumber dihadirkan untuk memberikan pemaparan materi dihadapan para pengusaha dan penyedia platform. Hal ini menjadi bukti bahwa Bea Cukai Batam serius dalam proses pengembangan dan penerapan BLE.
“Kegiatan seperti ini perlu sering diadakan, sehingga kami bisa lebih sering berinteraksi terkait penerapan BLE, karena sejauh ini kami hanya memantau BLE dari sosial media saja, belum pernah dilibatkan langsung. Kami merasa bangga bisa menjadi bagian dari pengembangan BLE. Semoga sukses untuk Bea Cukai Batam,” komentar Sofian salah satu piloting.
Penerapan BLE akan meringkas, mempercepat proses bisnis yang sebelumnya bersifat manual menjadi otomatis. Dengan berubahnya proses bisnis menjadi otomasi yang diatur oleh sistem, tentu saja akan meningkatkan efisiensi biaya dan waktu yang diperlukan.
Layanan ship to ship/ floating storage unit yang sebelumnya dilakukan secara manual membutuhkan waktu pengurusan selama tiga hari, namun setelah adanya BLE hanya butuh waktu satu hari. Dan proses perizinan usaha yang semula membutuhkan waktu validasi satu hari bisa dipercepat menjadi 30 menit.
“Saat ini NLE maupun BLE sangat dibutuhkan dalam penataan logistik di Indonesia. Seiring dengan perkembangan zaman, terutama di era indusrti 4.0, penataan logistik juga harus dikembangkan. Kita harus lebih modern agar bisa bersaing dengan negara lain,” tutur Puji Suharso, anggota Tim NLE.
Ketua Tim BLE, P. Dwi Jogyastara mengatakan, dengan diterapkannya BLE, semua transaksi logistik sampai dengan proses pembayarannya dapat diselesaikan dalam satu tempat dan satu waktu.
Bea Cukai Batam akan terus berinovasi untuk mengakomodir perjalanan pengembangan dan penerapan BLE hingga suksesnya penataan logistik di era industri 4.0.