MEDIAALIF.COM, Batam – Dari sekian banyaknya hasil karya fikir Wakil Rakyat, namun mampu menimbulkan polemik hingga mengundang reaksi keras berujung Demonstrasi dari elemen masyarakat dan para Mahasiswa merupakan generasi bangsa yang besar di Bumi Kartini ini.
Akan tetapi, pernahkah terfikir oleh para Elit Pemimpin Negara ini dan tokoh-tokoh berjiwa besar, berwajah bening terkesan lugu..serta tulus mengabdikan dirinya dibawah sumpah jabatan, bahwa karya fikirnya sudah benar demi kemaslahatan Masyarakat/Rakyat dan Bangsa Indonesia.
Atau sebaliknya, pola fikir cerdas, pintar spektakuler dan super hebat di dalam suatu jabatan penting itu, telah disusupi pula oleh unsur kepentingan golongan serta kepentingan pribadi konon sesuai tupoksinya, yang nyata dirasakan telah merugikan masyarakat banyak.
Sampai kapan Negara dan Bangsa ini diselimuti oleh reaksi demi reaksi masyarakat luas atas buah fikir konon katanya cerdas pro rakyat, baik dalam tatanan bahasa etika intelektual, disiplin ilmu namun terkesan lalai menunjukkan kriteria keutamaan kinerja di dalam rongga dada “Garuda” untuk mengayomi/melindungi rakyat.
Kota Batam kembali ke laptop, Kamis, 8 Okt 2020 sejak pagi hari, ribuan masyarakat dari berbagai elemen dan Mahasiswa ber Demonstrasi pada titik kumpul di kawasan Welcome to Batam (WTB), Batam Center, sempat tertahan oleh gabungan barikade polisi dan satuan lainnya.
Aksi demo ribuan masyarakat berkeinginan sampai di gedung Dewan juga kantor Walikota Batam, untuk menyuarakan aspirasi rasa kesal dan penolakan atas disahkannya UU Cipta Kerja Omnibus Law atau bahasa kerennya UU Sapu Jagat, yang dinilai merugikan masyarakat banyak.
Sebab kuat dugaan, cermin munculnya gagasan UU Sapu Jagat lebih menguntungkan suatu golongan yaitu Pengusaha / Perusahaan saja, yang notabene tidak pernah menyebutkan bahwa perusahaan memperoleh untung sedikit atau lumayan lah, apa lagi untung besar. Dan yang sering diucapkan adalah perusahaan mengalami kerugian.
Hal itu disampaikan oleh pendemo kepada media Alif.com, diantaranya terlihat memakai jas almamater menyebut dirinya “Candra, Gustian, Rudi, Waskito, Kamal, Jefri, Syamsul, Gunawan dan Panca”.
Para pendemo menambahkan, kenapa langkah kami ditahan dihalang-halangi untuk sampai ke tujuan, hampir terjadi berujung bentrok dengan Kepolisian, dan aksi lempar-lemparan pun terjadi. Seakan-akan dengan sengaja kami selalu dibenturkan sama aparatur setempat, seharusnya mengayomi.
” Kami menilai hal itu tidak sesuai dengan kebebasan menyampaikan pendapat yang dijamin oleh Undang-Undang. Kalau masyarakat – rakyat bersatu turun kejalan baru sibuk, baru berfikir keras mengatasinya,” teriak pendemo.
“Seharusnya para elit Negara ini dan tokoh-tokoh pemikir smart genius katanya Wakil Rakyat dapat menggunakan logika akal sehat tidak hanya pada basis garis politik saja. Fikirkanlah efek dan dampaknya sebelum terjadi, serta manfaatnya untuk masyarakat banyak demi rakyat Indonesia, bukan hanya untuk uji coba,” ketus pendemo lainnya.
“Mahasiswa turun kejalan untuk aksi damai bukan untuk rusuh. Dulu tokoh-tokoh pemimpin Negara, pejabat lembaga Pemerintah juga berawal dari Mahasiswa, tapi dimana wawasan intelektual dan disiplin ilmu mu. Tunjukkan dedikasi, kemampuan dan kecerdasan berfikir mu yang tepat guna meningkatkan pendapatan Negara atau Daerah,” tantang Mahasiswa. (ricky mora – ak)