MEDIAALIF.COM, Batam – Gubernur Kepri, H. Ansar Ahmad menawarkan potensi wisata Alif Stone Geopark Natuna kedunia luar, saat menjadi keynote speaker pada kegiatan ‘In House Training Jurnalistik Maritim Berwawasan Kebangsaan yang digelar secara zoom, Senin (20/9/2021).
Gubernur Kepri juga menawarkan potensi Wisata 3B yaitu Batam, Bintan dan Bali, serta KEK Galang Batam, KEK Digital Park dan KEK Batam Aerotechnics.
“Di Natuna, potensi wisata Alif Stone Geopark, merupakan potensi bisnis maritim yang potensial,” ujar Ansar Ahmad kepada 50 orang wartawan Batam dan Tg.Pinang sebagai peserta pelatihan.
Kegiatan itu, dihadiri oleh Konsul dan Pejabat Utama Konsulat Amerika Serikat (Medan) Gordon S. Church serta Rektor UPN Veteran Yogyakarta, Kadis Kominfo Kota Batam, Kapolda Kepri diwakili Bidang Humas, Humas BP Batam dan sejumlah tokoh di Kepri.
Gubernur Ansar, menyinggung soal peran pers sebagai pilar keempat negara demokrasi. Tiga pilar lain adalah eksekutif, legislatif, dan yudikatif.
“Ini menunjukkan betapa pentingnya keberadaan pers pada sebuah negara, meskipun secara formal pers berada di luar sistem politik ketatanegaraan. Kebebasan pers menjadi salah satu tolak ukur keberhasilan demokrasi,” paparnya.
Pelatihan wartawan perbatasan yang digelar oleh Lembaga Penguji Kompetensi Wartawan (LPKW) UPN VY, bekerjasama dengan Kedubes AS di Indonesia digelar dalam tiga zona.
Yaitu, Zona-1 Batam-Tanjungpinang yang dimulai hari ini, sampai besok, Selasa (21/9/2021). Selanjutkan dilanjutkan dengan Zona-2 Karimun-Lingga, Rabu-Kamis (22-23/9/2021). Dan Zona-3 Anambas-Natuna (27-28/9/2021).
Sebelum pelatihan dibuka secara resmi, Rektor UPN VY, Dr M.Irhas Effendi, M.SI menyampaikan tentang bahayanya dampak dan pengaruh dari berita bohong alias hoax. Khususnya, di wilayah perbatasan seperti Provinsi Kepri.
Untuk itu, wartawan harus menyediakan informasi yang tepat, beredukasi dan bermotivasi terkait persoalan – persoalan keamanan wilayah maritim seperti kasus perdagangan orang, ilegal fishing, kejahatan perompak di laut, penyeludupan barang-barang ilegal yang mengancam bangsa dan negara.
“Baik media mainstream, maupun new media awan memiliki peran yang strategis.
Harus bisa menyediakan informasi yang berkualitas di media massa. Wartawan menjadi ujung tombak dari sebuah berita yang disiarkan oleh media massa agar masyarakat mendapatkan informasi yang akurat,” jelasnya.
Kemudian, Ketua Komisi Hubungan Antar Lembaga dan Internasional Dewan Pers, Agus Sudibyo yang menjadi salah satu pembicara menyampaikan materi berjudul, ‘Pers dan Liputan Isu Perbatasan Negara’.
Menurut Peneliti media dan komunikasi, Head of New Media Research Center Akademi Televisi Indonesia (ATVI) itu, setidaknya ada 4 masalah yang dihadapi wartawan perbatasan. Yaitu, keselamatan, keterbatasan akses,
mahalnya biaya liputan dan ketertutupan pemerintah.
“Makanya, untuk penugasan liputan investigasi harusnya dilakukan oleh wartawan yang sudah berpengalaman,” tegas dokter alumni STF Driyarkara Jakarta.
Setelah itu, pakar keamanan maritim Dr. Nicolaus Loy, MA memaparkan
sejumlah isu utama keamanan lain. Diantaranya, perimbangan kekuatan Angkatan Laut, kemungkinan serangan lewat laut, keamanan territorial waters, konflik perbatasan maritime terkait sumber daya.
“Bayangkan, jika ada kelompok radikal yang membajak kapal tanker di Selat Malaka, kemudian kapal itu, misalkan, diarahkan ke Singapura lalu diledakkan, apa yang akan terjadi?” ungkap Nicolaus Loy mencontohkan potensi ancaman dari laut.