MEDIAALIF.COM, Batam – Air bersih adalah kebutuhan yang sangat mutlak diperlukan oleh makhluk hidup, terutama makhluk bernama manusia.
Terkait Air, khususnya di Batam, baik sarananya maupun diarea sekitar tempat berkumpulnya air harus dijaga, dilindungi dan dilestarikan.
Hal itu diucapkan oleh pejabat / petinggi BP Batam, yang disemarakkan oleh Humas Protokol, patut dibanggakan dalam pola skenario informasi senyum sapa dan ramah, demi peningkatan kualitas kerja terbaik.
Akan tetapi, ditemukan ada beberapa titik area DTA hancur lebur porak poranda dan lenyap. Bahkan kawasan DAM di REKLAMASI dirusak puluhan meter menjadi gersang, lalu tumbuh gubuk derita yang kokoh dan megah, persis sang penjaga di bibir DAM.
Tentang Reklamasi DAM, menurut keterangan warga sekitar, kabarnya lahan itu punya orang penting pak, sudah lama dikerjakan sampe sepanjang itu sebelum corona pak, ada orang jaga di pos sana, nampak tapi cuek aja, ucap warga.
“Kami tak boleh dekat pak, jangankan nak mancing buat lauk, tapi orang lain boleh masuk pake mobil bagus, kami tengok bawa alat berat, ada orang kat sini kerja, kami tanya pun tak tau, die diam saje,” jelas warga.
Selang beberapa waktu, awak media ini mencoba kembali menelusurinya, dan bertemu para pesepeda (gowes), lalu menanyakan pemandangan indah dilokasi, pesepeda mengatakan, rasanya aneh dan unik kok bisa kawasan DAM di Reklamasi, sambil mengeluarkan HP dan alat teropong.
“Jangan-jangan itu milik orang penting mas, tapi tidak seharusnya seperti itu loh. Masak kawasan DAM sarana air bersih dirusak, seharusnya dilindungi, orang BP punya akal sehat enggak ya, kok dibiarkan saja, dan apa fungsi pos penjagaan,” ujar pesepeda enggan ditulis namanya (6/9/2020).
Dari pantauan media ini dilapangan, patut dipertanyakan. Dimana letak wajah BP Batam, khususnya Bidang Lahan, Air Bersih dan Biro Humas Protokol yang mendengungkan ketentuan informasi terbaik (SOP) yang objektif beredukasi, namun terkesan cuap-cuap sahaja.
Dan berapa anggaran biaya uang Negara yang dihabiskan untuk publikasi pencitraan yang tersistematis, namun tidak menyentuh fungsinya/kesetaraan, lalu mengorbitkan “Batam Banjir bukan karena Hujan Buatan,” kata Humas saat krisis air.
Apa mungkin sang Air merasa enggan dan malu melewati sistem Drainase terhebat tapi mampet, atau pengerjaannya dipercayakan melalui kontraktor pilihan, ikhlas dan tabah berbagi fee.
Sehingga sang Deputi 3 Sudirman Saad tulus dan rela disuguhkan panorama indah DTA, terkesan bertamasya keliling Waduk Duriangkang (20/8/2020), sementara titik lokasi DTA/DAM yang hancur terbiarkan atau diabaikan.
Bahkan menyusutnya Air, dengan sadar bersuara manis dapat dipungkiri dan ditutupi. Air menyusut disebabkan BP Batam Ditpam dan Kantor Air secara rutin melaksanakan pengawasan dan penindakan di area DTA / DAM. (ricky mora, ak)